Garis Besar Silsilah dan Hubungan Keluarga Tokoh Majapahit Penting
1. Raden Sumana / Singhawardhana (Bhre Paguhan)
- Ayah dari Wikramawardhana (Raden Gagak Sali).
- Bergelar Bhre Paguhan dan dikenal juga sebagai Singhawardhana.
- Ibu Wikramawardhana adalah Dyah Nertaja (Bhre Pajang I), adik Raja Hayam Wuruk.
2. Wikramawardhana (Raden Gagak Sali) – Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama
- Raja Majapahit kelima (1389-1427).
- Menikah dengan Kusumawardhani, putri Hayam Wuruk (sepupunya).
- Mereka memiliki anak mahkota bernama Rajasakusuma (meninggal sebelum naik takhta).
- Wikramawardhana juga memiliki anak dari selir: Bhre Tumapel, Suhita, dan Kertawijaya.
- Setelah Wikramawardhana turun takhta, Kusumawardhani memerintah sendiri.
3. Suhita (Bhre Daha II)
- Putri Wikramawardhana dan Kusumawardhani.
- Memerintah sebagai ratu wanita Majapahit (1427-1447).
- Menikah dengan Ratnapangkaja (Bhatara Parameswara), putra Surawardhani (Bhre Kahuripan) dan Raden Sumirat (Bhre Pandansalas).
- Setelah Suhita meninggal, digantikan oleh adiknya Dyah Kertawijaya.
4. Kertawijaya (Brawijaya I / Bhre Tumapel III)
- Adik Suhita, putra Wikramawardhana dari selir lain.
- Raja Majapahit tahun 1447-1451.
- Pernikahan dengan Dyah Jayeswari (Bhre Daha V).
- Kertawijaya wafat tahun 1451 dan digantikan oleh Rajasawardhana.
5. Rajasawardhana (Dyah Wijayakumara)
- Raja Majapahit sesudah Kertawijaya, memerintah 1451-1453.
- Diduga putra Kertawijaya atau tokoh lain yang naik takhta setelah konflik.
- Sepeninggalnya, terjadi kekosongan kekuasaan yang diisi oleh Girishawardhana (Bhre Wengker).
Hubungan Kompleks dalam Keluarga Majapahit:
- Banyak pernikahan antar anggota keluarga bangsawan untuk memperkuat garis keturunan, seperti Wikramawardhana menikah dengan sepupunya Kusumawardhani, dan Ratnapangkaja menikah dengan Suhita, putri Wikramawardhana.
- Bhre Paguhan (Raden Sumana) adalah leluhur langsung Raja Wikramawardhana, dan dari cabang keluarganya banyak tokoh yang memegang gelar penting seperti Bhre Pajang dan Bhre Kahuripan.
- Banyak tokoh yang memegang gelar Bhre (gelar bangsawan/pangeran wilayah), dan mereka sering kali menikah antar satu dengan yang lain, sehingga silsilahnya rumit dan saling terkait.
Raden Rajasawardhana / Dyah Wijayakumara (Brawijaya II)
- Jabatan dan Gelar: Raja Majapahit VIII, naik tahta 1451-1453 dengan gelar Brawijaya II.
- Istri: Manggalawardhani (Bhre Tanjungpura), juga dikenal sebagai Dyah Suragharini atau Putri Junjung Buih.
- Anak: Memiliki dua anak bernama Dyah Samarawijaya dan Dyah Wijayakarana.
- Jabatan sebelum menjadi raja: Pernah menjabat Bhre Pamotan, Bhre Keling, Bhre Kahuripan.
- Kontroversi:
- Ada dua Rajasawardhana dalam sejarah Majapahit: satu pejabat Bhre Matahun pada masa Hayam Wuruk, dan satu lagi raja yang naik tahta 1451-1453.
- Hubungannya dengan pendahulu Dyah Kertawijaya tidak jelas. Ada teori bahwa Rajasawardhana membunuh Kertawijaya (adik atau kakak tergantung versi).
- Rajasawardhana juga dikenal sebagai Raden Wijayakumara menurut prasasti Waringin Pitu.
- Pemerintahan: Mengirim duta besar ke Cina pada tahun 1452.
- Akhir pemerintahan: Setelah wafatnya pada 1453, terjadi kekosongan tahta Majapahit selama tiga tahun hingga 1456.
Tokoh Lain Terkait:
Girisawardhana / Dyah Suryawikrama / Bhra Hyang Purwawisesa (Brawijaya III)
- Raja Majapahit yang memerintah 1456-1466.
- Dianggap identik dengan Bhre Wengker yang naik takhta setelah kekosongan pemerintahan.
- Muncul dalam prasasti Sendang Sedur (1463).
- Mengalami masa sulit seperti bencana gunung meletus (1462).
- Diduga bersaing dengan Samarawijaya (putra Rajasawardhana) sebelum akhirnya menjadi raja.
Bhre Kertabhumi / Wijaya Parakramawardhana (Brawijaya V)
- Raja Majapahit kelima dari garis Brawijaya, naik takhta 1468-1478.
- Dikenal sebagai raja terakhir Majapahit sebelum keruntuhan.
- Memiliki istri dari Champa bernama Ratu Dwarawati / Dewi Murdaningrum.
- Dalam Pararaton dan kronik Cina disebut juga Bhre Kertabhumi.
- Terlibat konflik dengan putra Raja Majapahit sebelumnya (Raden Patah), yang berujung pada runtuhnya Majapahit.
Catatan Penting:
- Silsilah dan gelar Bhre menunjukkan jabatan dan wilayah kekuasaan di dalam kerajaan.
- Nama seperti Brawijaya sering digunakan dalam berbagai sumber dan terkadang merujuk pada tokoh yang berbeda atau identik dengan nama lain.
- Pararaton dan Nagarakretagama adalah sumber utama sejarah Majapahit, namun kadang memiliki perbedaan kronologi dan penafsiran.
- Setelah periode Rajasawardhana, terjadi konflik internal dan kekosongan kekuasaan sebelum naiknya Girisawardhana (Brawijaya III).
- Bhre Kertabhumi adalah raja terakhir yang berkuasa di pusat Majapahit sebelum keruntuhan akibat perebutan tahta dan munculnya kerajaan Islam baru di Jawa.
Kerajaan Majapahit (Berdiri Sekitar 1293 – Akhir 1500-an)
Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh di Nusantara, berpusat di wilayah sekitar Mojokerto, Jawa Timur. Kerajaan ini berdiri kurang lebih selama 230 tahun.
Daftar Raja-Raja Majapahit Beserta Masa Pemerintahannya
- Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana)
- Pemerintahan: 1293 – 1309
- Pendiri Kerajaan Majapahit
- Jayanegara
- Pemerintahan: 1309 – 1328
- Putra Raden Wijaya
- Tribhuana Tunggadewi
- Pemerintahan: 1328 – 1350
- Permaisuri yang memimpin sebelum era Hayam Wuruk
- Hayam Wuruk (Rajasanegara)
- Pemerintahan: 1350 – 1389
- Raja terbesar Majapahit yang membawa puncak kejayaan
- Wikramawardhana
- Pemerintahan: 1389 – 1429
- Meneruskan masa kejayaan meski mulai ada konflik internal
- Bhre Wengker / Rajasawardhana
- Pemerintahan: 1429 – 1453
- Mengalami periode konflik dan perebutan kekuasaan
- Girishawardhana (Dyah Suryawikrama / Brawijaya III)
- Pemerintahan: 1456 – 1466
- Menghadapi berbagai konflik internal dan bencana alam
- Suraprabhawa (Singhawikramawardhana)
- Pemerintahan: 1466 – 1474
- Masa pergolakan dan kudeta
- Bhre Kertabhumi
- Pemerintahan: 1474 – 1478
- Raja terakhir yang berkuasa dari pusat Majapahit sebelum keruntuhan
- Girindrawardhana (Ranawijaya)
- Pemerintahan: 1478 – 1527
- Memerintah dari wilayah luar, berusaha mempertahankan sisa kerajaan
Catatan Penting
- Keruntuhan Majapahit ditandai oleh konflik internal yang berkepanjangan, perebutan kekuasaan, dan invasi dari Kesultanan Demak.
- Ibu kota Majapahit sempat hangus terbakar akibat perang saudara.
- Meskipun pusat kerajaan runtuh, pengaruh Majapahit masih terasa melalui penerus dan kerajaan-kerajaan kecil yang masih mengklaim garis keturunan Majapahit.


Konflik Internal dan Kebakaran Ibu Kota Majapahit
Latar Belakang Kekuasaan
- Bhre Wengker (Girishawardhana Dyah Suryawikrama) naik tahta tahun 1456 sebagai Raja Majapahit ke-9.
- Masa pemerintahannya diwarnai oleh bencana alam seperti gempa bumi dan letusan gunung, menambah tekanan pada kerajaan.
- Sebelum Girishawardhana, terjadi kekosongan kekuasaan selama 1453-1456 akibat kematian Rajasawardhana (Bhre Matahun) yang mengakibatkan ketidakstabilan.
Masa Pemerintahan Bhre Pandalanas (Dyah Suprabhawa)
- Bhre Pandalanas, yang juga dikenal sebagai Dyah Suprabhawa, naik tahta setelah Girishawardhana.
- Ia mengalami kemelut politik berat dan akhirnya terpaksa meninggalkan tahta dan melarikan diri karena tekanan dari kudeta Bhre Kertabhumi.
- Kepergian Dyah Suprabhawa meninggalkan kekosongan dan ketidakpastian di pusat kerajaan.
Naiknya Bhre Kertabhumi
- Bhre Kertabhumi memanfaatkan situasi tersebut untuk merebut kekuasaan.
- Ia naik tahta dan menjadi raja terakhir yang memerintah dari ibu kota Majapahit, sekitar tahun 1474 hingga 1478.
- Namun, perebutan kekuasaan dan konflik internal terus berlanjut.
Akibat Konflik
- Perang saudara dan perebutan kekuasaan menyebabkan ibu kota Majapahit hangus terbakar dan hancur.
- Konflik ini merupakan bagian dari rangkaian pergolakan yang menandai akhir kejayaan Majapahit.
Kerusuhan internal dan perebutan kekuasaan yang berlangsung selama beberapa dekade, terutama antara Bhre Pandalanas (Dyah Suprabhawa) dan Bhre Kertabhumi, menyebabkan hancurnya pusat pemerintahan Majapahit. Kebakaran ibu kota merupakan simbol runtuhnya kekuatan politik dan kejayaan terakhir kerajaan Majapahit.
Sejarah “Kudeta Senyap” Majapahit (1466–1478)
Latar Belakang
- Rajasawardhana (Dyah Wijayakumara / Sang Sinagara) wafat tahun 1453.
- Putra mahkota, Dyah Samarawijaya, masih berusia sekitar 10 tahun sehingga tidak bisa langsung naik tahta.
- Dewan Sapta Prabhu memilih paman Samarawijaya, yaitu Girishawardhana Dyah Suryawikrama sebagai raja pengganti sementara.
- Ada kesepakatan penting: setelah Girishawardhana meninggal, tahta harus kembali ke Samarawijaya sebagai ahli waris sah.
Masa Pemerintahan Girishawardhana (1456–1466)
- Girishawardhana naik tahta dan memimpin selama 10 tahun.
- Ia melakukan peran sebagai raja secara efektif meskipun tahta masih seharusnya menjadi hak Samarawijaya kelak.
- Setelah wafatnya Girishawardhana tahun 1466, sesuai perjanjian, hak tahta seharusnya kembali ke Samarawijaya.
Kudeta Senyap oleh Dyah Suraprabawa
- Namun, saat itu muncul Dyah Suraprabawa (Singhawikramawardhana), adik Girishawardhana, yang secara sepihak mengambil alih tahta tanpa persetujuan atau pengembalian ke Samarawijaya.
- Dyah Suraprabawa sudah merencanakan “kudeta” ini sejak lama, membangun dukungan internal dan eksternal, bahkan saat Girishawardhana masih hidup.
- Pengumuman penggantiannya dilakukan secara mendadak dan sepihak, melukai kepercayaan keluarga Sinagara (Samarawijaya dan keturunannya).
- Akibatnya, pada tahun 1468, keturunan Sinagara—putra-putra Samarawijaya—tinggalkan istana dan menggalang kekuatan di Jinggan.
Konflik Berkepanjangan
- Kudeta ini memicu dendam mendalam keluarga Sinagara.
- Konflik berujung pada serangan besar ke Kutaraja Trowulan pada tahun 1478 oleh keturunan Samarawijaya.
- Serangan tersebut menyebabkan kematian Raja Dyah Suraprabawa yang wafat di Kedaton pada tahun 1478.
Kutipan Pararaton tentang Masa Suraprabawa
“Bhre Pandansalas (Suraprabawa) naik tahta pada tahun 1388 Saka (1466 M). Setelah dua tahun memerintah, ia meninggalkan keraton. Para putra Sang Sinagara (putra Samarawijaya) melancarkan serangan hingga menyebabkan Suraprabawa wafat di Kedaton tahun 1400 Saka (1478 M). Setelah itu terjadi peristiwa gunung meletus pada tahun 1403 Saka (1481 M).”
- “Kudeta Senyap” adalah istilah untuk pengambilalihan tahta secara diam-diam dan terencana oleh Dyah Suraprabawa, yang mengabaikan perjanjian pengembalian tahta kepada Samarawijaya.
- Peristiwa ini memicu perang saudara berdarah yang menjadi awal keruntuhan politik Majapahit.
- Konflik internal keluarga dan perebutan kekuasaan inilah yang melemahkan Majapahit hingga akhirnya takluk di tangan kerajaan Demak pada abad ke-16.
Ringkasan Kronologi Paregreg dan Keruntuhan Majapahit
1. Awal Konflik
- Sri Rajasawardhana (Dyah Wijayakumara) memerintah Majapahit di Keling–Kahuripan.
- Diduga pusat kerajaan dipindah ke sana karena masih ada pertentangan dua keluarga bangsawan di pusat kerajaan.
- 1453 M: Rajasawardhana wafat → terjadi kekosongan kekuasaan 3 tahun.
2. Naiknya Girishawardhana
- 1456 M: Dyah Suryawikrama Girindrawardhana (putra Dyah Kertawijaya) naik takhta.
- Memerintah 10 tahun hingga wafat pada 1466 M.
- Digantikan oleh Bhre Pandan Salas (Dyah Suraprabhawa Sri Singhawikramawardhana).
3. Pemerintahan Singhawikramawardhana
- Disebut dalam Prasasti Paminyihan (1473) sebagai Jawabhumyekadhipa (penguasa tunggal Jawa).
- Juga disebut dalam Kitab Siwaratrikalpa karya Mpu Tanakung sebagai keturunan wangsa Girindra.
- Diserang oleh Bhre Kertabhumi (anak bungsu Sang Suragaha).
- Singhawikramawardhana terdesak, menyingkir ke Daha (Kediri) dan wafat 1474 M.
4. Dyah Ranawijaya vs Bhre Kertabhumi
- 1474 M: Takhta Daha dipegang Dyah Ranawijaya (Gelar Girindrawardhana Dyah Ranawijaya).
- 1478 M: Ranawijaya menyerang pusat Keraton Majapahit, Bhre Kertabhumi tewas.
- Peristiwa ini dalam Babad Tanah Jawi disebut sirna ilang kertaning bumi (Saka 1400 / 1478 M) sebagai tanda runtuhnya Majapahit.
- Namun, secara fakta kerajaan belum sepenuhnya hilang.
5. Majapahit Setelah 1478
- 1486 M: Prasasti menyebut Ranawijaya memerintah di Wilwatiktapura, Janggala, dan Kadiri.
- 1499 M: Catatan Dinasti Ming masih menyebut hubungan dengan “raja Jawa”.
- 1514 M: Catatan Portugis menyebut masih ada “raja kafir” di pedalaman Jawa (selain Raja Sunda).
- 1518 M: Barbosa (Italia) juga menyebut raja “kafir” di Jawa pedalaman.
- 1522 M: Antonio Pigafetta menyebut penguasa Majapahit adalah Pati Unus → menandakan wilayah ini sudah berada di bawah kekuasaan Kesultanan Demak.
6. Kesimpulan
- Paregreg (perang saudara) menyebabkan Majapahit terpecah dua: kubu Daha dan kubu pusat Keraton.
- Kekosongan kekuasaan, perebutan takhta antar paman-keponakan, serta serangan internal mempercepat kemunduran.
- Majapahit tidak runtuh seketika pada 1478, tetapi kekuasaannya semakin menyusut hingga akhirnya masuk dalam wilayah Demak pada awal abad ke-16.
Girishawardhana Dyah Suryawikrama (Bhra Hyang Purwawisesa)
- Masa pemerintahan: 1456–1466
- Identitas: Dalam Pararaton disebut Bhra Hyang Purwawisesa, diidentifikasi sama dengan Bhre Wengker.
- Asal-usul: Putra kedua Raja Dyah Kertawijaya dan Ratu Jayeswari (Bhre Daha).
- Muncul pertama kali dalam catatan sejarah di Prasasti Waringin Pitu (1447).
1. Kekosongan Takhta (1453–1456)
- 1453: Raja Rajasawardhana (Dyah Wijayakumara) wafat.
- Terjadi kekosongan kekuasaan selama 3 tahun.
- Diduga disebabkan perebutan takhta antara:
- Suryawikrama (Girishawardhana) → adik Rajasawardhana.
- Samarawijaya → putra sulung Rajasawardhana, yang juga menantu Suryawikrama.
- Persaingan berakhir 1456 ketika Samarawijaya menyerahkan takhta kepada pamannya, Suryawikrama.
2. Pemerintahan Girishawardhana
- Bergelar Bhra Hyang Purwawisesa.
- Mengeluarkan Prasasti Sendang Sedur (1463).
- Pemerintahannya diwarnai peristiwa gunung meletus (1462).
- Memerintah dari pusat Majapahit, yang saat itu kekuasaannya sudah mulai menyusut.
3. Akhir Hidup
- 1466: Wafat, dimakamkan di Puri.
- Pengganti: Bhre Pandansalas (Dyah Suraprabhawa), adiknya.
Jika kita gabungkan dengan data dari Paregreg, maka masa Girishawardhana ini adalah fase lanjutan dari konflik internal Majapahit yang dimulai sejak masa Rajasa wardhana dan menjadi salah satu pemicu terpecahnya kerajaan.
Berikut saya buatkan alur perang saudara Majapahit (1453–1478) dalam bentuk kronologis dan skema ringkas supaya mudah dipahami bagaimana konflik internal tersebut memicu keruntuhan Majapahit.
Alur Perang Saudara Majapahit 1453–1478
1. Rajasawardhana (Dyah Wijayakumara)
- Masa pemerintahan: sampai 1453
- Posisi: Raja Majapahit yang memerintah dengan pusat kerajaan di Keling-Kahuripan.
- Wafat: 1453 → menyebabkan kekosongan kekuasaan.
- Pewarisan: Memiliki putra sulung Samarawijaya.
2. Kekosongan dan Perebutan Takhta (1453–1456)
- Kekosongan 3 tahun karena perebutan takhta antara:
- Giri shawardhana (Dyah Suryawikrama), adik Rajasawardhana, paman sekaligus mertua Samarawijaya.
- Samarawijaya, putra sulung Rajasawardhana, menantu Girishawardhana.
- Peran ibu suri Jayeswari penting sebagai penengah.
- 1456: Samarawijaya menyerahkan takhta kepada Girishawardhana.
3. Girishawardhana (Dyah Suryawikrama / Bhra Hyang Purwawisesa) (1456–1466)
- Memerintah 10 tahun.
- Mengeluarkan prasasti penting seperti Prasasti Sendang Sedur (1463).
- Masa pemerintahannya diwarnai bencana alam (gunung meletus 1462).
- Wafat tahun 1466, digantikan oleh adiknya.
4. Suraprabhawa (Dyah Suraprabhawa / Bhre Pandansalas / Singha wikramawardhana) (1466–1474)
- Adik Giri shawardhana, naik tahta setelah 1466.
- Disebut sebagai Jawabhumyekadhipa (penguasa tunggal Jawa) dalam Prasasti Paminyihan 1473.
- Menghadapi serangan dari Bhre Kertabhumi Brawijaya V (adik Samarawijaya).
- Terdesak, mundur ke Daha (Kediri) demi mempertahankan pemerintahannya.
- Wafat 1474.
5. Ranawijaya (Dyah Ranawijaya / Girindrawardhana) (1474–?)
- Menggantikan Suraprabhawa.
- 1478 melancarkan serangan besar ke pusat Keraton Majapahit.
- Bhre Kertabhumi Brawijaya V (adik Samarawijaya). terbunuh dalam serangan ini.
- Menandai puncak perang saudara yang disebut dalam Babad Tanah Jawi sebagai sirna ilang kertaning bumi (runtuhnya Majapahit, Saka 1400/1478 M).
6. Setelah 1478
- Majapahit secara politik mulai runtuh dan wilayahnya menyusut.
- Ranawijaya masih tercatat memerintah wilayah Janggala dan Kadiri tahun 1486.
- Dalam beberapa dekade berikutnya, Majapahit makin lemah dan akhirnya wilayahnya dikuasai oleh Kesultanan Demak pada awal abad ke-16.
Skema Alur Konflik dan Penguasa
Rajasawardhana (sampai 1453)
│
├─> Kematian → Kekosongan kekuasaan (1453–1456)
│
└─ Perebutan Tahta
↙ ↘
Samarawijaya Girishawardhana (1456–1466)
(putra Rajasawardhana) (adik Rajasa wardhana)
│ │
│ Wafat 1466
│ │
Bhre Kertabhumi Suraprabhawa (1466–1474)
(adik Samarawijaya) (adik Giri shawardhana)
│ │
│ Mundur ke Daha 1474
│ │
└────────────> Ranawijaya Brawijaya VI (1474–?)
Serang Bhre Kertabhumi Brawijaya V 1478 (tewas)
Girishawardhana Dyah Suryawikrama
- Jabatan: Raja Majapahit (1456–1466)
- Identitas dalam Pararaton: Bhra Hyang Purwawisesa
- Asal-usul: Putra kedua Raja Dyah Kertawijaya
- Prasasti penting: Mengeluarkan Prasasti Sendang Sedur (1463)
- Peristiwa selama pemerintahan: Bencana letusan gunung tahun 1462
- Meninggal: 1466, dimakamkan di Puri
Kekosongan Kekuasaan (1453–1456) dan Perebutan Takhta
- Rajasawardhana (Dyah Wijayakumara), kakak Girishawardhana, wafat tahun 1453
- Setelah kematiannya, terjadi kekosongan kekuasaan selama tiga tahun
- Perebutan takhta terjadi antara:
- Suryawikrama (Girishawardhana), paman dan mertua dari Samarawijaya
- Samarawijaya, putra sulung Rajasawardhana, sekaligus menantu Girishawardhana
- Pada tahun 1456, perebutan ini berakhir dengan Samarawijaya menyerahkan takhta kepada Girishawardhana
Girishawardhana Dyah Suryawikrama (Brawijaya III)
- Maharaja Majapahit ke-9
- Masa pemerintahan: 1456–1466
- Pendahulu: Rajasa wardhana
- Penerus: Singha wikramawardhana (Dyah Suraprabhawa)
- Ayah: Kertawijaya (Raja Majapahit ke-6)
- Ibu: Jayawardhanī Dyah Jayeswari (Bhre Daha)
- Wangsa: Rajasa
- Istri: Mahāmahisī Dyah Sawitri (Bhre Kabalan)
- Meninggal: 1466, dimakamkan di Candi Puri (Mojokerto)
1. Latar Belakang
- Nama asli: Dyah Suryawikrama.
- Dalam Pararaton disebut sebagai Bhra Hyang Purwawisesa.
- Diduga identik dengan Giri shawardhana Bhre Wengker.
- Nama “Dyah Suryawikrama” sudah muncul sejak Prasasti Waringin Pitu (1447) sebagai putra kedua Raja Kertawijaya.
2. Naik Takhta
- Setelah Rajasa wardhana wafat pada 1453, Majapahit mengalami kekosongan kekuasaan selama 3 tahun.
- Tahun 1456, Giri shawardhana Bhre Wengker naik takhta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa.
- Ia mengeluarkan Prasasti Renek (1457) dan Prasasti Sendang Sedur (1463) yang menjadi bukti pemerintahannya.
3. Peristiwa Penting
- 1462: Gunung meletus terjadi pada masa pemerintahannya (tidak disebutkan nama gunung, tetapi mungkin wilayah Jawa Timur).
- Masa ini Majapahit sudah mengalami kemunduran politik dan wilayah kekuasaan menyempit.
4. Akhir Hayat
- 1466: Giri shawardhana wafat dan dicandikan di Candi Waji, Puri, Mojokerto.
- Digantikan oleh Suraprabhawa Bhre Pandansalas (kemungkinan menantunya atau kerabat dekat), yang merupakan ayah dari Giri ndrawardhana Dyah Ranawijaya.
Perebutan Kekuasaan Majapahit (1453–1466)
1. Latar belakang konflik
- Rajasa wardhana (identik dengan Dyah Wijayakumara) wafat tahun 1453.
- Ia meninggalkan putra sulung bernama Samarawijaya.
- Giri shawardhana (identik dengan Dyah Suryawikrama) adalah paman Samarawijaya (adik dari Rajasawardhana) sekaligus mertuanya.
- Sejak kematian Rajasawardhana terjadi kekosongan kekuasaan selama 3 tahun (1453–1456), akibat perebutan takhta antara Suryawikrama vs keponakannya Samarawijaya.
2. Peran Ibu Suri Jayeswari
- Jayeswari Dyah Jayeswari adalah Bhre Daha, ibu dari Suryawikrama sekaligus permaisuri Raja Kertawijaya.
- Ia menjadi penengah dan berperan besar dalam menyelesaikan konflik perebutan kekuasaan.
- Tahun 1456, konflik berakhir setelah Samarawijaya menyerahkan takhta kepada Suryawikrama.
- Hasilnya, Suryawikrama naik takhta sebagai Maharaja Girishawardhana.
3. Konflik kedua setelah 1464
- Tahun 1464: Ibu Suri Jayeswari wafat.
- Tahun 1466: Giri shawardhana wafat.
- Terjadi perebutan kekuasaan lagi, kali ini antara:
- Singhawikramawardhana (Dyah Suraprabhawa, adik Giri shawardhana, Bhre Pandansalas)
- Bhre Kertabhumi Brawijaya V (adik Samarawijaya)
- Konflik ini melanjutkan persaingan antara garis keturunan Kertawijaya dari dua cabang keluarga.
4. Akhir masa Giri shawardhana
- Wafat: 1466
- Dimakamkan: Candi Waji, Puri, Mojokerto
- Pengganti: Dyah Suraprabhawa (Singhawikramawardhana), putra bungsu Dyah Kertawijaya.
- Nama Singhawikramawardhana sudah tercatat dalam Prasasti Waringin Pitu (1447) sebagai putra bungsu Kertawijaya.
Giri shawardhana | |
---|---|
Giri shawardhana Dyah Suryawikrama | |
Maharaja Majapahit ke 9 | |
Berkuasa | ![]() |
Pendahulu | Rajasa wardhana |
Penerus | Singha wikramawardhana |
Kelahiran | Dyah Suryawikrama |
Kematian | 1466 |
Pemakaman | Candi Puri , Puri, Mojokerto, Jawa Timur |
Pasangan | Mahāmahisī Dyah Sawitri, Bhre Kabalan |
Wangsa | Rajasa |
Ayah | Kertawijaya |
Ibu | Jayawardhanī Dyah Jayeswari, Bhre Daha |
Profil Girishawardhana Dyah Suryawikrama (Brawijaya III)
- Jabatan: Maharaja Majapahit ke-9 (1456–1466)
- Gelar lain: Bhra Hyang Purwawisesa, Bhre Wengker ke-3 (1429–1456)
- Orang tua:
- Ayah: Kertawijaya (Bhre Tumapel III / Brawijaya I)
- Ibu: Ratu Jayawardhani Dyah Jayeswari (Bhre Daha V)
- Saudara:
- Singhawikramawardhana (Bhre Pandansalas I)
- Dyah Suraprabhawa (Bhre Pandansalas II)
- Pangeran Aryo Tandruman
- Dewi Wukut, Dewi Sitisari, Dewi Subasti
- Istri: Dewi Retno Penjawi, Mahāmahisī Dyah Sawitri (Bhre Kabalan III)
- Anak-anak:
- Ki Ageng Mangir I Wanabaya
- Pangeran Aryo Prabu Wijaya
- Dewi Srimpi Mojopahit
- Dewi Paningrum
- Ki Ageng Jaka Tarub
- Putri Dyah Suryawikrama
- Bhatara Girindrawardhana Ranawijaya
- Wafat: 1466 di Majapahit
- Makam: Candi Puri, Mojokerto, Jawa Timur
Pemerintahan dan Peristiwa Penting
- Setelah wafatnya Rajasawardhana tahun 1453, Majapahit mengalami kekosongan kekuasaan selama 3 tahun.
- Pada 1456, Girishawardhana Bhre Wengker naik takhta dengan gelar Bhra Hyang Purwawisesa.
- Tahun 1462 terjadi bencana gunung meletus yang mewarnai pemerintahannya.
- Mengeluarkan prasasti penting:
- Prasasti Renek (1457)
- Prasasti Sendang Sedur (1463)
- Wafat tahun 1466, dicandikan di Candi Waji, Mojokerto.
- Digantikan oleh adiknya, Dyah Suraprabhawa (Bhre Pandansalas / Singhawikramawardhana).
Perebutan Kekuasaan
- Rajasawardhana (Dyah Wijayakumara), kakak Girishawardhana, wafat tahun 1453.
- Kekosongan selama tiga tahun diisi dengan perebutan kekuasaan antara:
- Girishawardhana (Suryawikrama) — paman sekaligus mertua Samarawijaya
- Samarawijaya — putra sulung Rajasawardhana, menantu Girishawardhana
- Tahun 1456, Samarawijaya merelakan takhta kepada Girishawardhana.
- Peranan ibu suri Jayeswari sangat penting dalam mediasi dan penyelesaian konflik.
- Setelah wafat Jayeswari (1464) dan Girishawardhana (1466), terjadi perebutan kembali antara:
- Singhawikramawardhana (Dyah Suraprabhawa), adik Girishawardhana
- Bhre Kertabhumi, adik Samarawijaya.