“Misteri Prasasti Jiyu I 1486 M: Jejak Terakhir Kejayaan Majapahit di Trailokyapuri” Temukan kisah megah di balik Prasasti Jiyu 1486 M, warisan sejarah dari Ratu Daha Dyah Suragharini — ibu Raja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Dalam prasasti ini tercatat pemberian tanah suci untuk pembangunan asrama spiritual Trailokyapuri. Inilah jejak penting menjelang senjakala Majapahit yang sarat makna politik, budaya, dan keagamaan.


Telusuri kisah menakjubkan dari Prasasti Jiyu I tahun 1486 M, peninggalan bersejarah dari Raja Majapahit terakhir, Dyah Ranawijaya. Ditemukan di Trailokyapuri (Jiyu, Mojokerto), prasasti ini menyimpan bukti keberadaan Brahmaraja Ganggadara dan sisa kejayaan Majapahit Timur setelah Perang Paregreg. Apa makna di balik gelar agung dan lokasi spiritual ini?

Paduka Bhattara ring Daha Tanjungpura Manggala Wardhani Dyah Suragarini Bhre Tanjungpura Putri Junjung Buih/Putri Ratna Janggala Kadiri putri Bhre Tumapel anak Raden Gagak Sali Wikramawardhana Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana Bhre Mataram putra Rajasaduhiteswari Dyah Nertaja yang merupakan adik kandung Prabu Hayam Wuruk.

Dokumen dari Repositori Kemdikbud berjudul “Hikayat Banjar dan Sejarah Kalimantan” karya R. Ras ini memuat informasi penting mengenai Putri Junjung Buih, termasuk kaitannya dengan kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan di Kalimantan Selatan.

Ringkasan Temuan Terkait:

📜 Putri Junjung Buih

👑 Hubungan dengan Majapahit

PRASASTI JIYU I / TRAILOKYAPURI (1486 M)

🏯 Konteks Sejarah


🧕🏻 Siapakah Sang Mokta ring Indrabawana?


📜 Isi Prasasti

swasti cri cakarawarsatita 1408 kartikamasa titi pratipadakrsna paksa, wu, cu, wara, kalawu, agneyastha, graham cara, rohininaksatra, prajapati dewata, parigha yoga, wresabkaraci. irika diwacanyajna paduka cri maharaja cri wilwatiktapura janggala kadiri prabhu natha cri girindrawarddhana nama dyah ranawijaya, bhatara [ku] monang lampahikang dwadacawarsa craddrasampurnnanira sang mokta ring indrabhawana, ring cri mahadwijacresta, bharadhuwajasutra, apasthambhasutra, caturwwedaparaga, sarwwacastra samapta, paduka cri brahmaraja ganggadhara. ya ta sinung bhumudana ring trailokyapuri, sahampihanya ring talasan nanging janggada ring pung batu catusimanya, sakendeng sengkernya, sa bhuktinya sadrwya hajinya hanutu sarasaning pracasti ring trailokyapuri wnanga sakalwiranya luputa saprakara denika sima sajero parimana tugu sakalwiranya sawah walirang Sawah pengampulan pada marika wlah 15…

TERJEMAHANNYA:

Selamatlah! Pada tahun saka 1408 bulan Kartika kresnapaksa hari wurukung Jumat umanis wuku Kulawu bintang berkilau di timurlaut perumahan bulan rohini dibawah lindungan dewara pardjapati joga pariga tanda bintang banteng.Pada waktu itulah turun perintah sri maharaja keraton Majapahit Jenggala Kadiri sri baginda Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, setelah upacara sraddha 12 tahun memperingati wafatnya sang mokta ring indrabawana [ratu Daha Manggalawardhani dyah Suragharini] kepada sri mahadwija sri paduka Brahmaraja Ganggadara. yang putus dalam kitab sutra Bharadwwadja dan Apastambha, serta kitab Weda yang empat [caturweda], serta putus dalam segala kitab sastra. Karena itu beliau [Sri Brahmaraja Ganggadara] mendapat anugerah tanah untuk pembangunan Trailokyapuri bersama tanah di Talasan, selanjutnya ditambah tanah kosong di Pung dengan batu prasasti tanah perdikan itu, dengan dataran dan lereng bukitnya, disertai kekuasaan yang sempurna atasnya dengan segala beban atasnya ditambah segala hak utama seperti ditetapkan dalam piagan Terailokyapuri, yaitu segala macam hak pelungguhan dan segala macam kebebasan. Adapun kedudukan tanah perdikan berlaku pula bagi seluruh pengluasan perwatasan meliputi segala macam tanah yaitu sawah di pelerengan gunung Welirang di Pengampulan yang semunya luasnya 15 tengahan tampah..

🗓️ Kronologi

👑 Perintah Raja

Raja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya mengeluarkan perintah resmi memberi anugerah kepada Sri Brahmaraja Ganggadara karena telah berhasil:

🎁 Bentuk Anugerah


🌟 Makna Historis


📚 Referensi Penting

Berikut adalah penjabaran lengkap mengenai Paduka Bhattara ring Daha Tanjungpura Manggala Wardhani Dyah Suragarini Bhre Tanjungpura Putri Junjung Buih/Putri Ratna Janggala Kadiri, yang juga dikenal sebagai Putri Junjung Buih atau Putri Ratna Janggala Kadiri, berdasarkan berbagai sumber sejarah, legenda, dan prasasti, termasuk Hikayat Banjar dan Prasasti Jiyu I (1486 M):


IDENTITAS SEJARAH


🏯 KARIER POLITIK & KERAJAAN

  1. Bhre Tanjungpura (1429–1466 M)
    • Menguasai daerah Kalimantan Barat (wilayah pengaruh Majapahit di seberang laut).
  2. Bhre Daha VII (1464–1474 M)
    • Menggantikan Bhre Daha Jayawardhani Dyah Jayeswari.
  3. Maharatu Negara Dipa III (1460–1470 M)
    • Menjadi ratu di Negara Dipa, Kalimantan Selatan, menghubungkan legenda Banjar.

🤝 PERNIKAHAN & ALIANSI


👑 KETURUNAN

Dari pernikahannya dengan Brawijaya II, ia melahirkan tujuh anak:

  1. Raden Wijayaparakrama Dyah Samarawijaya / Bhre Matahun III
  2. Pangeran Suryaganggawangsa
  3. Girindrawardhana Dyah Wijayakarana (Bhre Keling III)
  4. Singawardhana Dyah Wijayakusuma (Bhre Pamotan II)
  5. Dyah Ranawijaya (Bhre Kertabhumi / raja terakhir Majapahit)
  6. Pangeran Suryawangsa
  7. Pangeran Aria Dewangsa (Bhre Tanjungpura II)

📜 PRASASTI JIYU I / TRAILOKYAPURI (1486 M)

Prasasti ini memperingati 12 tahun wafatnya Bhre Daha Dyah Suragharini (mokta ring Indrabuwana), menunjukkan kedudukannya yang tinggi. Putranya, Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, memberikan anugerah tanah kepada Sri Brahmaraja Ganggadara, pendeta agung yang memimpin upacara sraddha. Prasasti ini menegaskan bahwa:


🌀 LEGENDA PUTRI JUNJUNG BUIH (HIKAYAT BANJAR)

Legenda ini menyimbolkan pernikahan antara kekuasaan lokal (banua) dan pengaruh Majapahit, memperkuat kekuasaan melalui legitimasi spiritual dan mitos.


INTERPRETASI SIMBOLIK

Berdasarkan Nagarakretagama (karya Mpu Prapanca, ditulis pada tahun 1365), Kusumawardhani memang disebut sebagai putri dari Hayam Wuruk dan permaisuri Sri Sudewi (juga dikenal sebagai Paduka Sori). Ia kemudian menikah dengan Raden Gagak Sali, yang bergelar Wikramawardhana, seorang pangeran dari keluarga raja yang juga dikenal sebagai Bhre Tumapel, dan kemudian menjadi Bhre Mataram.

Beberapa poin penting:

Menurut Pararaton:

Wikramawardhana Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana Bhre Mataram Bhre Tumapel Raden Gagak Sali
Berkuasa (1389-1400, 1406-1429)
PendahuluSri Rajanasanagara Dyah Hayam Wuruk mempunyai anak Kusumawardhani Bhre Kabalan Bhre Lasem Sang Ahayu , dan Pangeran Wirabhumi
PenerusSuhita
Bhre Mataram
Berkuasa? – 1389
KelahiranRaden Gagak Sali
Kematian1429
PasanganKusumawardhani Bhre Kabalan Bhre Lasem Sang Ahayu putri Sri Sudewi dengan Sri Rajanasanagara Dyah Hayam Wuruk
Keturunan1.Bhra Hyang Wekas ing Sukha

2.Bhre Tumapel mempunyai anak Paduka Bhattara ring Daha Tanjungpura Manggala Wardhani Dyah Suragarini Bhre Tanjungpura Putri Junjung Buih/Putri Ratna Janggala Kadiri adalah mantan permaisuri Sang Sinagara rajasa wardhana yang wafat pada tahun 1474M. Sebelum Menjadi permaisuri rajasa wardhana,  Manggalawardhani   Dyah Suragharini sempat menikah dengan Bhre Paguhan(III), namun menurut pararton mereka tidak memiliki keturunan.

Dari Sang Sinagara rajasa wardhana dengan Paduka Bhattara ring Daha Tanjungpura Manggala Wardhani Dyah Suragarini Bhre Tanjungpura Putri Junjung Buih/Putri Ratna Janggala Kadiri  menurunkan empat keturunan, yang pertama menjadi penerus bhree kahuripan terakhir, bhree mataram lima, bhree pamotan  tiga, (III) dan bhree Majapahit terakhir atau yang di kenal  dengan Brawijaya.

Paduka Bhattara ring Daha Tanjungpura Manggala Wardhani Dyah Suragarini Bhre Tanjungpura Putri Junjung Buih/Putri Ratna Janggala Kadiri yang berkuasa 1429-1464, dia menantu Bhre Tumapel III Kertawijaya.buku   berjudul “ sabdo palon” yang di tulis oleh damar sasongko , dalanm buku tersebut di  sebutkan bahwa “Manggalawardhani Dyah Suragharini”  memegang kerajaan tanjung pura yang juga bergelar putri junjung buih.

3.Prabu Sri Dyah Suhita

4.Dyah Kertawijaya / Wijayaparakrama Wardhana Sri Maharaja Wijayaparakramawardhana keturunan nya
a.Rajasawardhana Dyah Wijayakumara Bhre Kahuripan Sang Sināgara Keturunan
Dyah Samarawijaya Bhre Kahuripan, Bhre Lasem,
Dyah Wijayakusuma Bhre Mataram,Bhre Pamotan,
Dyah Angkawijaya Raden Alit Raden Angkawijaya,Raden Kertojoyo,Prabu BrawijayaV

b.Bhra Hyang Purwawisesa Bhre Wengker Girishawardhana Dyah Suryawikrama Pada tahun 1466, Bhra Hyang Purwawisesa meninggal

c.Singhawikramawardhana Dyah Suraprabhawa Bhre Pandansalas (Ayah Dari Girindhrawardhana Dyah Ranawijaya )
WangsaRajasa
AyahSinghawardhana
IbuRajasaduhiteswari

Setelah wafatnya Hayam Wuruk (sekitar tahun 1389), Kusumawardhani Bhre Kabalan Bhre Lasem Sang Ahayu naik tahta dengan suaminya bernama Wikramawardhana Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana Bhre Mataram Bhre Tumapel Raden Gagak Sali naik takhta menjadi raja Majapahit berikutnya , dan Kusumawardhani sebagai permaisurinya. Pemerintahan mereka diwarnai oleh konflik Perang Paregreg (1404–1406), yaitu perang saudara antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi, yang juga mengklaim takhta Majapahit.


🔸 Latar Belakang Perang Paregreg

Setelah Raja Hayam Wuruk wafat tahun 1389, terjadi perebutan kekuasaan di antara ahli warisnya:

Ketegangan meningkat, apalagi setelah wafatnya Kusumawardhani dan Nagarawardhani (putri Rajadewi Mahadewi) pada tahun 1400. Posisi Bhre Lasem yang kosong memicu perebutan pengaruh. Wikramawardhana mengangkat menantunya, istri Bhre Tumapel, sebagai Bhre Lasem yang baru, yang ditentang oleh faksi Bhre Wirabhumi.


🔸 Perang Paregreg (1404–1406)

Perang ini merupakan puncak dari konflik sipil di Majapahit, yang dikenal sebagai Perang Paregreg (“perang saudara”):

Perang ini berlangsung selama dua tahun dan mengakibatkan kerusakan besar pada stabilitas politik dan ekonomi Majapahit.


🔸 Akhir Perang dan Kematian Bhre Wirabhumi

Pada tahun 1406, pasukan Bhre Wirabhumi mengalami kekalahan. Ia mencoba melarikan diri, tetapi kemudian ditangkap oleh Bhre Narapati (Ratu Anggaphaya).

Namun, kematian Bhre Wirabhumi menimbulkan kesan buruk di mata Dinasti Ming, karena beliau sebelumnya memiliki hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Dinasti Ming menuntut keadilan atas kematiannya, menyebabkan Wikramawardhana harus membayar denda dan mengirim upeti sebagai permintaan maaf kepada Kaisar Tiongkok.


🔸 Dampak Perang Paregreg


🔶 RAJASAWARDHANA DYAH WIJAYAKUMARA / BHRE KAHURIPAN RAJASAWARDHANA SANG SINAGARA


🔶 Bhre Kertabhumi (Brawijaya V)


🔶 Tanjungpura sebagai Wilayah Strategis Majapahit


🔶 Perpindahan Pusat Majapahit


🔶 Catatan Penting dari Prasasti dan Karya Sastra:

SumberIsi Pokok
Prasasti Waringin Pitu (1447)Menyebut Dyah Wijayakumara (putra Kertawijaya) dan istrinya Bhre Tanjungpura
PararatonMenyebut Rajasawardhana sebagai Bhre Kahuripan dan ayah Bhre Kertabhumi
NagarakretagamaMenyebut Rajasawardhana kedua sebagai Bhre Matahun, suami Bhre Lasem
Babad Tanah Jawi & Serat PararatonMenyebut perebutan takhta, peran Bhre Kertabhumi, dan konflik dengan Bhre Wengker
Kronik Sam Poo KongMencatat kunjungan dan utusan Majapahit ke Tiongkok masa Rajasawardhana (1452)
Serat Kanda & PranitiradyaMenyebut Bhre Kertabhumi sebagai pemegang kekuasaan spiritual dan politik terakhir Majapahit

Prabu Sri Suhita (Memerintah 1429–1447)

🧬 Silsilah dan Latar Belakang

💍 Pernikahan dan Politik Dinasti


⚔️ Pemerintahan dan Balas Dendam Politik

📜 Perang Paregreg dan Balasan Suhita


🏯 Hubungan Diplomatik


🔚 Akhir Hayat dan Suksesi


📌 Poin-poin Kunci untuk Ditandai

AspekFakta
Nama LengkapPrabu Sri Suhita
Pemerintahan1429–1447
SuamiAji Ratnapangkaja (Bhre Kahuripan)
Balas DendamHukum mati Raden Gajah (1433)
Julukan di TiongkokSu King Ta
MakamSinghajaya (Tulungagung)
PenerusDyah Kertawijaya (adik kandung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *